Senin, 16 Mei 2011

Bila Waktunya Tiba


Kadang tak terpikir oleh kita waktu berjalan maju, bukan mundur, tapi keadaan kita bukan semakin membaik, kadang semakin memburuk. Bencana yang terjadi di mana-mana, tsunami yang terjadi di aceh, jepang dan di beberapa negara, dengan berbagai macam bencana lainnya, itu adalah peringatan dari Yang Maha Kuasa, namun semua itu hanya sekejap saja mengingatkan kita, selanjutnya terlupa kembali, bahkan tak kan teringat lagi, apa yang telah terjadi pada saudara-saudara kita di sana.

Ketika pertama mendengar bencana yang menimpa, rasa ikut sedih dan prihatin timbul, para selebritis pun sebagai pablik figur segera mengumpulkan dana untuk menopang mereka -mereka yang telah kehilangan harta benda, namun semua itu hanya sekejap saja menyadarkan mereka, karena setelah satu minggu, dua minggu bahkan satu bulan, dua bulan berlalu maka semua itu akan menjadi cerita bersambung yang tidak lagi menarik bagi mereka.
Takdir itu tak mungkin kita hindari, tidak siapa pun, bahkan nabi pun tidak dapat menghindar dari takdir. Semua berjalan sebagaimana mestinya, kita hanya mengikuti arus jalannya waktu. Belum lama ini saya membaca di sebuah tabloit ada seorang selebritis merayakan hari ulang tahun anaknya di sebuah hotel, dengan menyewa empat ruangan sekali gus, serta pernikahan selebritis yang kabarnya menghabiskan dana sebesar satu milyar, lupakah mereka akan penderitaan saudaranya, lupakah mereka akan saudaranya yang tidak dapat makanan hari ini, dan menahan lapar, menunggu sampai bantuan datang. Sementara mereka berfoya-foya dengan menghabiskan jutaan uang, dan membuang - buang makanan begitu saja.
Bukalah penutup mata hati kita yang selama ini tertutup oleh kemewahan, bukalah mata kita lebar-lebar agar bisa melihat penderitaan mereka tidak dari satu sisi, melainkan dari semua sisi, agar kita tahu apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan, apa yang mereka tangiskan, dan apa yang mereka cari dari kita yang berlebih. Tundukkan kepala kita agar kita tetap menjadi orang yang senantiasa rendah hati dan berysukur, tidak sombong dan congkak.
Kelak bila waktunya tiba, semua harta benda kita tidak lagi berguna, hanya amalan saja yang dapat membawa kebahagiaan untuk kita di akhirat sana.
Kelak bila waktunya tiba, tidak ada satu pun orang yang dapat menolong mengembalikan nyawa kita, hanya Allah swt saja yang berkuasa atas diri kita, dan mereka-mereka, teman-teman kita hanya menangis di saat itu saja, setelah beberapa hari berselang mereka akan melupakan kita, dan meninggalkan kita, apa yang dapat menolong kita kalau bukan pahala kita selama di dunia, teman kita hanya kegelapan dan sepi, pakaian kita hanya kain putih dan tanah merah.
Maka bila waktunya tiba, tidak ada yang dapat menghalangi, tidak juga orang tua kita, suami kita, dan bahkan anak-anak kita, mereka hanya dapat menyaksikan kepergian kita dengan tangisan. Karena sesungguhnya kita milik Allah, maka akan kembali kepada Allah.
Rosulullah SAW mengingatkan pada kita tentang lima perkara sebelum datangnya lima perkara, dalam hadistnya : Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, maksudnya: “ Lakukanlah ketaatan ketika dalam kondisi kuat untuk beramal (yaitu di waktu muda), sebelum datang masa tua renta.”Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, maksudnya: “ Beramallah di waktu sehat, sebelum datang waktu yang menghalangi untuk beramal seperti di waktu sakit.”Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, maksudnya: “Manfaatklah kesempatan (waktu luangmu) di dunia ini sebelum datang waktu sibukmu di akhirat nanti. Dan awal kehidupan akhirat adalah di alam kubur.” Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, maksudnya: ”Bersedekahlah dengan kelebihan hartamu sebelum datang bencana yang dapat merusak harta tersebut, sehingga akhirnya engkau menjadi fakir di dunia maupun akhirat.” Hidupmu sebelum datang kematianmu, maksudnya: “Lakukanlah sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan sesudah matimu, karena siapa pun yang mati, maka akan terputus amalannya. Semoga dengan lima perkara di atas, kita dapat mempergunakan waktu kita sebaik-baiknya. Wallauhu ´alam bishawab.
Ciri-ciri orang yang cerdik ialah :
"Secerdik-cerdik manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar cerdik dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia dan akhirat." ( Riwayat Ibnu Majah dan Abiddunya )
Oleh Ummu Mufais

Kamis, 12 Mei 2011

P E R A H U


Sebuah perahu kayu berpenumpang tampak melintas di sungai nan jernih. 
Sepanjang jalan, para penumpang perahu benar-benar terbuai dengan pepohonan hijau yang memagari tepian sungai. 
Para penumpang yang berada di lantai atas ini benar-benar beruntung dengan pemandangan indah itu.
Dua lantai perahu penumpang itu memang punya harga sewa yang berbeda. Lantai atas lebih mahal dari yang di bawah. 
Bahkan mencapai dua kali lipat. Walau begitu, penumpang di lantai bawah masih bisa melihat pemandangan dari balik jendela kecil yang tertutup kaca.
Kelebihannya, penumpang lantai bawah bisa lebih asyik dalam kesunyian tidur. 
Tak ada suara burung, tak ada terik matahari, dan tak ada angin kencang. 
Kalau sudah tertidur, waktu menjadi tidak lagi panjang.
Suatu kali, masih dalam aliran sungai nan jernih, pompa air perahu macet. 
Krisis air minum pun terasa begitu cepat. Beruntungnya, para penumpang masih bisa menikmati segarnya air yang bisa 
mereka ambil langsung dari sungai yang mereka lewati. Tinggal ambil wadah dan tali, air pun bisa diperoleh.
Beberapa teriakan dari penumpang lantai bawah terus terdengar.
 “Hei, bagi kami air!” ucap para penumpang bawah. “Ya, kalian bisa ambil ke atas sini!” jawab para penumpang lantai atas.
Di sinilah persoalannya. Kalau penumpang lantai atas bisa mengambil langsung air, 
sementara yang di bawah mesti meniti anak-anak tangga agar bisa mencapai atas perahu. Dan ini begitu merepotkan.
Suatu malam, masih dalam perahu, beberapa penumpang di lantai bawah merasakan haus yang luar biasa. 
Kantuk yang mereka rasakan kadang menyelingi rasa haus itu. Saat itulah, rasa enggan menghinggapi mereka untuk bersusah payah menuju atas.
Seseorang dari mereka mengatakan, “Kenapa mesti repot ke atas, toh air yang kita butuhkan ada di kaki kita.
” Dan ucapan itu pun seolah menyadarkan para penumpang lain kalau merekalah yang sebenarnya paling dekat dengan letak air daripada penumpang atas.
Salah seorang mereka pun berusaha keras melubangi dinding bawah perahu dengan sebuah linggis. 
Di benak mereka cuma satu: bagaimana bisa dapat air tanpa mesti susah payah ke atas. 
Karena toh, yang di atas pun tidak merasa perlu untuk berbagi dengan yang bawah.
**
Kebersamaan dalam sebuah wadah, apakah itu perusahaan, organisasi, dan rumah tangga; tidak cukup hanya meletakkan pandangan dari sudut diri sendiri.
Berlatihlah untuk bisa menangkap pandangan dari sudut pandang orang-orang yang bersama kita. 
Karena dengan begitulah, perahu kebersamaan akan bisa terus melaju ke arah tujuan yang diinginkan. (muhammadnuh@eramuslim.com)

Senin, 02 Mei 2011

Dua Kesalahan Pengusaha

Tak banyak orang yang sukses saat memutuskan untuk menjalankan bisnis sendiri. Pengusaha yang tak beruntung, justru merugi. Pengusaha muda terkaya ke-27 di Indonesia Sandiaga Uno menjelaskan dua kesalahan paling berbahaya yang sering menjerumuskan pengusaha.

Mencampur adukkan keuangan 
Pengusaha pemula kerap kebingungan memisahkan keuangan pribadinya dari keuangan perusahaan. "Ini uang saya atau uang perusahaan?" kata Sandiaga mencontohkan.

Sandiaga mengakui bahwa uang memang sangat mudah bermigrasi dan tercampur. Untuk menghindari hal ini harus ada pemisahan yang sangat detil antara keuangan pribadi dan perusahaan.

Pengusaha harus lebih menghargai bisnis yang dibangunnya. Kesalahan yang sering terjadi adalah penggunaan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi. Pembukuan harus dilakukan dengan tertib untuk menghindari risiko tersebut. Sekecil apapun usaha yang dijalankan, pembukuan harus tetap ada.

Berlagak bos
"Begitu berpikir sebagai enterpreneur, orang sering menganggap dirinya bos," kata Sandiaga. Anggapan itu justru diwujudkan dalam tindakan santai, tak profesional dan menyerahkan segala urusan kepada bawahan.

Sedikit kesuksesan dapat membuat wirausahawan menjadi besar kepala. Padahal dalam bisnis akan selalu ada banyak cobaan yang menuntut kehati-hatian dan perhatian ekstra. "Wirausaha tapi datang ke kantor jam 11, tak punya komitmen untuk bekerja keras. Itu kesalahan umum yang biasanya dilakukan pemula," kata Sandiaga.

Padahal, pengusaha harus selalu bekerja keras dan tak lengah. Sandiaga yang menurut majalah Forbes memiliki kekayaan USD 795 juta ini menegaskan bahwa dirinya masih terus bekerja keras. "Saya selalu bangun pagi dengan semangat yang sama seperti 10 tahun lalu saat memulai usaha ini," kata dia. 

Sumber : Yahoo news

Rahasia Sikap Mental Pengusaha


Banyak orang yang mencoba untuk berwiraswasta, tak semuanya berhasil. Pendiri Grup Saratoga dan Recapital Sandiaga Uno menceritakan rahasia suksesnya.

Pengusaha muda yang juga orang terkaya nomor 27 di Indonesia ini menekankan bahwa sikap mental adalah modal utama bagi calon pengusaha. Sikap mental ini harus dimiliki pengusaha dan calon pengusaha yang ingin berhasil.

Pertama, seorang wirausahawan harus punya pola pikir seperti pengusaha. "Mereka harus punya paradigma yang positif dan optimis," kata Sandiaga saat ditemui Yahoo! di kantornya, 26 April lalu.

Sandiaga sendiri mulai berwiraswasta setelah dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja pada 1997. Untuk memulai usaha, modal bukan hal yang dinilai penting oleh Sandiaga. Tabu baginya untuk berkata "saya mau mulai berusaha tapi tak ada modal".

"Kuncinya adalah kemauan. Begitu kemauan ada, harus ada keberanian," kata dia. Keberanian tersebut akan menjadi modal yang paling utama dengan dukungan ide, rencana mencapai kesuksesan, kemampuan berjejaring dan kepercayaan dari kolega bisnis.

Dengan rangkuman bisnis yang solid tersebut, Sandiaga percaya, bukan pengusaha yang akan mencari modal melainkan modal yang akan menghampiri. Saat mengawali usahanya, Sandiaga mengakui bahwa menjalin usaha memang sangat sulit. Pernah selama enam bulan dia tak mendapatkan satu klien pun. "Sulit sekali mendapatkan kepercayaan dari investor," kata dia.

Seorang pengusaha juga harus mengubah paradigmanya, bukan lagi sebagai karyawan yang menggantungkan hidupnya dari gaji bulanan. Kondisi terjamin itu membuat karyawan tak suka mengambil risiko. Padahal, seorang pengusaha harus berani mengambil risiko.

"Pengusaha jatuh bangun karena bisnis memang penuh risiko," kata dia. Sandiaga menekankan bahwa kesuksesan tak pernah instan. Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan kerja keras dan pantang menyerah.