Selasa, 12 Desember 2017

DOA KETIKA HUJAN TURUN

Doa Ketika Hujan

Dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,

إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ  اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, _”Allahumma shoyyiban nafi’an”_ [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”. (HR. Bukhari no. 1032)

📝 *Doa Ketika Hujan Deras*

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

_“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.._

[Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].”
(HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897)

Doa Setelah Hujan

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
_’Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’_
[Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah]
(HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71).

Doa Ketika Mendengar Petir

سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

_“Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih”_ [Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya]
(Disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 723.  Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Bolehkah Bermuamalah dengan Orang Kafir ?

Bolehkah Bermuamalah dengan Orang Kafir?

Mungkin masih banyak yang bertanya. Apakah jika kita tidak boleh berloyal pada orang kafir, itu berarti kita tidak boleh bermuamalah dan menggunakan produk mereka?

Ingatlah bahwa haramnya loyal (wala’) pada orang kafir, ini bukan berarti kita tidak boleh bermuamalah dengan mereka. Jadi tidaklah terlarang melakukan jual-beli barang-barang yang bernilai mubah dan memanfaatkan keahlian mereka.

Kami akan memberikan beberapa bukti yang menunjukkan bolehnya hal ini.

[Pertama]

Sebuah hadits yang dibawakan oleh Bukhari dalam kitab shahihnya pada Bab “Muamalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama orang Yahudi Khoibar.” Yaitu dalam hadits tersebut diceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakr pernah memberi upah kepada salah seorang dari Bani Dil sebagai penunjuk jalan dan mengantar keduanya sampai ke Madinah. (Shahih Bukhari, 2/790)

[Kedua]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa bermuamalah dengan orang Yahudi, bahkan ketika beliau meninggal dunia, Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa ketika itu baju besi beliau tergadai di tempat orang Yahudi untuk membeli makanan gandum sebanyak 30 sho’. (Shahih Bukhari, 3/1068)

Imam Syafi’i dan Al Baihaqi mengatakan bahwa orang Yahudi tersebut bernama Abusy Syahm. (Fathul Bari, 5/140)

Dari hadits ini, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,

وفي الحديث جواز معاملة الكفار فيما لم يتحقق تحريم عين المتعامل فيه

“Dalam hadits ini terdapat pelajaran tentang bolehnya bermua’amalah dengan orang kafir selama belum terbukti keharamannya.” (Fathul Bari, 5/141)

[Ketiga]

Sebagaimana diceritakan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah mengirim utusan kepada orang Yahudi untung membeli pakaian darinya dengan pembayaran yang ditunda, tetapi orang Yahudi tersebut menolaknya. (Al Jami’ Ash Shahih Sunan At Tirmidzi, 3/518)

Ketiga bukti di atas cukuplah sebagai dalil bolehnya bermuamalah dan melakukan jual beli dengan orang kafir.

Bolehkah Menggunakan Produk Orang Kafir?

Perlu diketahui, sebagaimana kaedah yang digariskan oleh para ulama bahwa hukum asal segala barang adalah halal dan boleh digunakan. Oleh karena itu, barangsiapa yang menyatakan bahwa makanan A, minuman B, pakaian C itu haram, dia harus mendatangkan dalil shahih dari Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya, maka barang-barang tersebut kembali ke status asalnya yaitu halal dan boleh digunakan.

Oleh karena itu, boleh bagi kita menggunakan produk orang datang karena tidak ada dalil dalam Al Qur’an atau pun dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan terlarangnya hal ini. Bahkan ada terdapat beberapa bukti bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menggunakan produk orang kafir dan ini menunjukkan bolehnya hal ini. Bukti tersebut di antaranya:

[Pertama]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memakai baju buatan Yaman sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sakit, beliau keluar memakai baju qithriyyah (yaitu baju bercorak dari Yaman yang terbuat dari katun) (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal. 49. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih). Perlu diketahui bahwa kebanyakan penduduk Yaman ketika itu adalah orang-orang kafir.

[Kedua]

Diceritakan pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggunakan khuf buatan Habasyah (Ethiopia) yang ketika itu adalah negeri kafir. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Buraidah:

أن النجاشي أهدى النبي صلى الله عليه و سلم خفين أسودين ساذجين فلبسهما ثم توضأ ومسح عليهما

“Raja Najasyi pernah memberi hadiah pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dua buah khuf yang berwarna hitam yang terlihat sederhana, kemudian beliau menggunakannya dan mengusap kedua khuf tersebut.” (Lihat Mukhtashor Asy Syamail hal. 51. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih)

Siapa yang Berhak Mengharamkan?

Tidakkah sampai kepada orang-orang yang sering menyeru pemboikotan terhadap produk orang kafir, pemboikotan terhadap coca-cola, Mc Donald, Pizza Hut, facebook yaitu bukti-bukti yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bermuamalah dengan orang kafir, bahkan menggunakan produk mereka dan menerima hadiah padahal hadiah tersebut asalnya adalah produk orang kafir ?
Tidakkah mereka melihat bukti-bukti di atas dengan mata hati bukan dengan hawa nafsu ?

Kenapa barang-barang tersebut mesti diboikot ?
Padahal orang yang memboikot tersebut bukanlah pemerintah yang memiliki wewenang dan kekuasaan ?
Kenapa mereka mengharamkan barang-barang yang sebenarnya halal ?

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat .” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al A’raaf: 32)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingkari siapa saja yang mengharamkan makanan, minuman, pakaian, dan semacamnya, padahal tidak Allah haramkan.

Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. (QS. Al Baqarah: 29).

Maksudnya, adalah Allah menciptakan segala yang ada di muka bumi ini untuk dimanfaatkan. Itu berarti diperbolehkan selama tidak dilarang oleh syari’at dan tidak mendatangkan bahaya.

Jadi, mengharamkan sesuatu haruslah berdasarkan dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak ada, maka kita kembali ke hukum asal setiap barang atau benda yaitu halal.

Oleh karena itu, yang seharusnya dan tepat untuk ditinggalkan adalah pemikiran, aqidah dan kebiasaan orang kafir, bukan malah produknya yang ditentang mati-matian.

Wallahu A'lam Bishawab

Selasa, 07 November 2017

BELAJAR DARI BAN

BELAJAR DARI BAN

Seorang anak memperhatikan ayahnya yang sedang mengganti ban mobil mereka. "Mengapa ayah mau repot-repot mengerjakan ini dan tidak memanggil orang bengkel saja untuk mengerjakannya?" tanya si bocah dengan penasaran.

Sang ayah tersenyum. "Sini, nak, kau lihat dan perhatikan. Ada enam hal tentang ban yang bisa kita pelajari untuk hidup kita," katanya sambil menyuruh sang bocah duduk di dekatnya. "Belajar dari ban?" Mata sang anak membelalak. "Lebih pintar mana ban ini daripada bu guru di sekolah?"

Sang ayah tertawa. "Gurumu tentu pintar, Nak. Tapi perhatikan ban ini dengan segala sifat-sifatnya.

Pertama, ban selalu konsisten bentuknya. Bundar. Apakah dia dipasang di sepeda roda tiga, motor balap pamanmu, atau roda pesawat terbang yang kita naiki untuk mengunjungi kakek-nenekmu. Ban tak pernah berubah menjadi segi tiga atau segi empat."
Si bocah mulai serius. "Benar juga ya, Yah. Terus yang kedua?"

"Kedua, ban selalu mengalami kejadian terberat. Ketika melewati jalan berlubang, dia dulu yang merasakan. Saat melewati aspal panas, dia juga yang merasakan. Ketika ada banjir, ban juga yang harus mengalami langsung. Bahkan ketika ada kotoran hewan atau bangkai hewan di jalan yang tidak dilihat si pengemudi, siapa yang pertama kali merasakannya?" tanya sang ayah.
"Aku tahu, pasti ban ya, Yah?" jawab sang bocah antusias. "Benar sekali.

"Ketiga, ban selalu menanggung beban terberat. Baik ketika mobil sedang diam, apalagi sedang berjalan. Baik ketika mobil sedang kosong, apalagi saat penuh penumpang dan barang. Coba kau ingat," ujar sang ayah. Si bocah mengangguk.

"Keempat, ban tak pernah sombong dan berat hati menolak permintaan pihak lain. Ban selalu senang bekerja sama. Ketika pedal rem memerintahkannya berhenti, dia berhenti. Ketika pedal gas menyuruhnya lebih cepat, dia pun taat dan melesat. Bayangkan kalau ban tak suka kerjasama dan bekerja sebaliknya? Saat direm malah ngebut, dan saat digas malah berhenti?"
"Wow, benar juga Yah," puji sang bocah sambil menggeser duduknya lebih dekat kepada sang ayah.

"Kelima, meski banyak hal penting yang dilakukannya, dia tetap rendah hati dan tak mau menonjolkan diri. Dia biarkan orang-orang memuji bagian mobil lainnya, bukan dirinya."
"Maksud ayah apa?" tanya si bocah bingung.
"Kamu ingat waktu kita ke pameran mobil bulan lalu?" tanya sang ayah disambut anggukan sang bocah.
"Ingat dong, Yah, kita masuk ke beberapa mobil kan?"
"Persis," jawab sang ayah. "Biasanya di show room atau pameran mobil, pengunjung lebih mengagumi bentuk body mobil itu, lalu ketika mereka masuk ke dalam, yang menerima pujian berikutnya adalah interior mobil itu. Sofanya empuk, AC-nya dingin, dashboardnya keren, dll. Jarang sekali ada orang yang memperhatikan ban apalagi sampai memuji ban. Padahal semua kemewahan mobil, keindahan mobil, kehebatan mobil, tak akan berarti apa-apa kalau bannya kempes atau bocor."
"Wah, iya ya, Yah, aku sendiri selalu lebih suka memperhatikan kursi mobil untuk tempat mainanku."
Sang ayah selesai mengganti bannya, dan berdiri menatap hasil kerjanya dengan puas.

"Yang Keenam tentang ban adalah, betapa pun bagus dan hebatnya mobil yang kau miliki, atau sepeda yang kau punya, atau pesawat yang kita naiki, saat ban tak berfungsi, kita tak akan bisa kemana-mana. Kita tak akan pernah sampai ke tujuan."
Sang anak mengangguk-angguk.

Sang ayah menuntaskan penjelasannya, "Jadi saat kau besar kelak, meski kau menghadapi banyak masalah dibanding kawan-kawanmu, menghadapi lumpur, aspal panas, banjir, atau tak mendapat pujian sebanyak kawan-kawanmu, bahkan terus menanggung beban berat di atas pundakmu, tetaplah kamu konsisten dengan kebaikan yang kau berikan, tetaplah mau bekerja sama dengan orang lain, jangan sombong dan merasa hebat sendiri, dan yang terpenting, tetaplah menjadi penggerak di manapun kau berada. Itulah yang ayah maksud dengan hal-hal yang bisa kita pelajari dari ban untuk hidup kita."

Rabu, 17 Juni 2015

Ilmu, rizki dan amal

Ilmu, Rizki, dan Amal

Oleh: Prayogo

(Seperti telah dimuat di milis ITB-79, 15 Feb 2013)

Teman-temanku rahimakumullah

Dunia bukanlah segala-galanya, akan mengalami kehancuran. Ia hanya jembatan penyeberangan belaka. Segala prasarana dan sarana yang AllahSubhanahu wa Ta’ala adakan di dunia ini harta, kekuasaan dan lain2, semestinya dioptimalkan sebesar-besarnya untuk kepentingan yang lebih besar, meraih kehidupan akhirat yang paling baik.

Karena itu pada hakikatnya dunia tidak tercela dzatnya. Pujian atau celaan tergantung pada tindak tanduk seorang hamba dalam menjalani siklus kehidupan di dunia. Kehidupan yang baik yang diperoleh penduduk surga, tidak lain karena kebaikan dan amal shalih yang telah mereka tanam ketika di dunia. Maka dunia kampung jihad, shalat, puasa, dan infak di jalan Allah, serta medan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Allah berfirman:

(kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”. (QS al-Haqqah/69:24)

Teman-temanku ingatlah terhadap empat hal:

1. Aku tahu bahwa rezkiku tidak akan dimakan orang lain, maka tentramlah jiwaku

2. Aku tahu bahwa amalku tidak akan dilakukan orang lain, maka akupun disibukkannya

3. Aku tahu bahwa kematian akan datang tiba-tiba, maka segera aku menyiapkannya

4. Dan aku tahu diriku tidak akan lepasdari pantauan Allah, maka aku akan merasa malu kepada-Nya

Dalam kesempatan ini marilah kita mendulang faedah dari doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu dibaca setiap pagi hari setelah shalat shubuh sebelum beliau melakukan aktifitas kesehariannya. Sebuah doa yang berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari salah seorang isteri Nabi Ummu Salamah radhiyallahu anha

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.

 

Allohumma innii as-aluka ‘ilman naafi’aa, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezki yang halal dan amal yang diterima.”

Seorang muslim yang berusaha meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendaklah mempelajari pelajaran dan mutiara hikmah yang terkandung dalam doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Agar kita dapat membacanya dengan hati yang utuh, dengan menghadirkan jiwa & dapat mengamalkan konsekuensi2 dari doa yang kita baca tsb sesuai dengan tuntutan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Marilah kita memetik beberapa pelajaran2 yang dijelaskan para ulama Islam tentang hadits sekaligus doa yang senantiasa dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Pelajaran 1: Seseorang hendaknya menentukan tujuan sebelum beraktifitas. Karena ini adalah salah satu kunci sukses dalam hidup. Dan tujuan seorang muslim dalam aktifitas sehari-hari adalah 3 hal

Pelajaran 2: Seorang muslim hendaknya selalu meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mewujudkan / merealisasikan tujuannya, cita2 yang ingin dia dapatkan. Ia harus memperdalam tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia harus menancapkan di dalam sanubarinya prinsip laa haula wa laa quwata illa billah (Tidak ada daya & kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala). Lihat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau adalah kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala , beliau tidak pernah menggantungkan asanya dengan dirinya sendiri. Beliau berdoa, meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap pagi untuk diberi ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal & baik, dan amal yang diterima. Beliau Nabi, beliau pemimpin ummat manusia, namun begitu besar tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, begitu besar pengharapan beliau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan beliau selalu meminta pertolongan kepada Allah .Subhanahu wa Ta’ala. Berbeda dengan Karun yang meyakini bahwa kekayaannya diperoleh karena keahlaiannya semata. Pola pikir semacam ini menyebabkan Karun diadzab ditelan bumi. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (QS al-Qashash/28: 78).

“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS al-Qashash/28: 81).

Ingkar terhadap Allah ‘Azza wa Jalla dan beranggapan bahwa rezeki dan keberhasilan adalah hasil dari kecerdasan dan kerja keras manusia semata menjadi penyebab hancurnya segala kenikmatan. Oleh karena itu marilah kita perbesar  tawakal kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla

Pelajaran 3: Bahwa permintaan 1 yang diminta oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bersumber dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala & hadits2 shahih dengan pemahaman yang benar, pemahaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam & para sahabatnya. Ilmu yang melahirkan & menumbuhkan rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla  dan membuat kita beramal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar yakni menjalankan perintah2-Nya dan menjauhi larangan2-Nya. Inilah ilmu yang bermanfaat. Ilmu ini akan membuahkan buahnya yang terpenting yaitu khosyatulloh (takut kepada Allah), sebagaimana firman Allah  ‘Azza wa Jalla.

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang berilmu” (QS. Fathir/35: 28)

Dan sekaligus doa di atas memerintahkan kita untuk berusaha menuntut ilmu agama agar tercipta persatuan antara doa & ikhtiar seorang anak manusia. Tuntutlah ilmu agama agar kita mendapat ilmu yang bermanfaat sebagaimana yang kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Karena ibadah ini, ibadah yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala  sebagaimana disabdakan

 طلب العلم فريضة على كل مسلم

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala  mewajibkan kita shalat 5 waktu Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mewajibkan kita menuntut ilmu agama. Sebagaimana Allah mewajibkan kita puasa ramadhan, Allah pun mewajibkan kita untuk melangkahkan kaki kita, meluangkan waktu kita, mencurahkan tenaga & pikiran kita untuk mengkaji firman2 Allah dan untuk membahas sunnah2 Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu marilah kita menuntut ilmu agama sehingga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Pelajaran 4: Permintaan ke 2 yang diminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  adalah rezki yang halal & baik. Oleh karena itu seorang muslim hendaknya selalu meminta rezki yang halal & baik dan berusaha mencari rezki yang halal tersebut. Hendaklah ia memperhatikan darimana ia mendapatkan hartanya, apa hukum profesi yang digelutinya. Agar dia dapat memastikan bahwa seluruh yang ia konsumsi, istrinya, anak2nya berasal dari harta yang halal. Jangan sampai ada satu suappun berasal dari harta yang haram. Mengapa demikian?  Karena apabila kita mengambil rezki yang haram,

yang kita pertaruhkan adalah terkabulnya do’a2 kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Maha baik, tidak menerima kecuali yang baik-baik.” Kemudian beliau menyebutkan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh sampai kusut tampangnya dan penuh debu, ia mengangkat tangannya ke langit sambil berseru, “Ya Rabb, Ya Rabb.” Sementara makanannya, minumannya, dan pakaiannya adalah haram. Iapun dikeyangkan dari sesuatu yang haram. Maka bagaimana akan dikabulkan doanya. (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim)

yang kita pertaruhkan amal ibadah kita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tidak akan diterima shalat tanpa bersuci dan tidak akan diterima sedekah dari hasil khianat (harta yang haram)” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim)

yang kita pertaruhkan masa depan kita di akhirat, negeri yang abadi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya.” (HR Ahmad dan ad-Darimi, dishahihkan oleh al-Albani)

Mencari rezeki harus dilandasi dengan niat yang ikhlas. Kita banyak mengenal dalam kehidupan bagaimana seorang ayah, seorang suami yang berletih-letih mencari rezki akan tetapi ia tidak pedulikan apakah itu halal atau haram. Bagaimana uang yang didapat dengan keletihan, dengan segala daya & upaya yang dia miliki dihambur2kan, dibuang, tidak berarti  oleh anak2 dan istrinya kepada sesuatu yang tidak ada manfaat bagi dunianya & akhiratnya. Dia tidak bisa berbahagia dengan keluarganya. Siangnya dia habiskan di perusahaannya malamnya dia habiskan bersama teman2 bisnisnya. Begitu hari2nya. Dia terjerumus kedalam maksiat2 yang akhirnya menjebabkan dia dalam su’ul khatimah di akhir kehidupannya. Dan di akhir kematiannya anak2nya mengasah parang berebut harta warisan.

Lihat bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mencoba orang tersebut dengan rezki yang dia cari. Allah binasakan dia, Allah celakakan dia, Allah habiskan hidupnya akibat dari rezki yang dia cari dengan tidak halal.

Sebaliknya berapa banyak seorang suami, seorang laki2 mencari rezeki di landaskan keikhlasan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tuntun hidupnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berikan ketenangan, kebahagiaan kedalam hatinya & hati orang2 yang bersamanya, istri & anak2nya. Sehingga dengan ketenangan tersebut dia bisa menapaki kehidupan sekalipun menurut pandangan orang lain dia kekurangan.

Jaman yang telah disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  jaman yang tidak peduli dari yang halal & haram di saat itu pula kita dituntut untuk benar2 mencari harta yang halal. Kita mengharapkan setiap istri & anak menghantar kita setiap pagi kemudian membisikkan kata ke telinga kita yang seharus dihapal oleh suami atau ayah, wahai ayah, wahai suami, kami sabar atas lapar & haus di dunia akan tetapi kami tidak sabar api neraka jahannam di akhirat. Jika seandainya ini dibawa setiap suami atau ayah yang berangkat ke tempat kerja, ter-ngiang2 kata2 istri & anaknya untuk mencari harta yang halal saja yang bisa mendatangkan keberkahan, ketenangan, yang tidak di kejar2 dosa & maksiat. Maka niscaya apa yang terjadi di negara kita ini dari kerusakan, kehancuran, dari korupsi, dari perampokan, pencurian dan semacamnya akan hilang karena semuanya telah berusaha mencari harta yang halal.

Pelajaran 5: Permintaan ke 3 yang diminta Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah amal ibadah yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Doa ini menunjukkan amal ibadah kita tidak pasti diterima oleh Allah. Fakta ini didukung dengan berbagai dalil baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah. Diantara sebuah hadits riwayat Imam Ahmad didalam musnadnya.

“Betapa banyak orang yang berpuasa ia tidak mendapatkan ganjaran apa2 dari puasanya kecuali hanyalah lapar & dahaga. Dan betapa banyak orang yang shalat malam (shalat tahajjud) ia tidak mendapatkan ganjaran dari shalatnya kecuali rasa kantuk”

 

Ini menunjukkan tidak setiap amal yang dilakukan manusia pasti diterima, pasti membuahkan pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ulama kita telah menjelaskan amal ibadah apabila ingin diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, membuahkan pahala disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala maka pelakunya harus melaksanakan 2 syarat diterimanya amal ibadah.

Dalil dari dua syarat diterimanya amal ibadah disebutkan sekaligus dalam firman Allah Ta’ala,

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“.” (QS. Al Kahfi: 110)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam..”

Al Fudhail bin ‘Iyadh tatkala menjelaskan mengenai firman Allah Ta’ala

“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2), beliau mengatakan, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab (mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”

Lalu Al Fudhail berkata,  “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab. Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dua syarat diterimanya amalan ditunjukkan dalam dua hadits.

Hadits pertama dari ‘Umar bin Al Khaththabb, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena  Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita, pen)” (HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907)

Hadits kedua dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Dan

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”(HR. Muslim no. 1718.).

Dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits ‘innamal a’malu bin niyat’ [sesungguhnya amal tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali

Teman2ku yang dirahmati Allah, hidup ini sangat singkat, hidup ini hanya sekali saja. Oleh kerena marilah kita isi hidup ini dengan mengamalkna doa yang disampaikan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam  dan membumikannya dalam kehidupan sehar-hari. Marilah kita menuntut ilmu agama, marilah kita mencari rizki yang halal, dan marilah kita berupaya dan berusaha untuk mengamalkan amal ibadah yang diterima oleh Allah, yang ikhlas kepada-Nya dan mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Faedah doa rizki, ilmu dan amal

Faedah doa rizki, ilmu dan amal

Pembaca sekalian, do’a adalah bagian dari ibadah yang paling utama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa adalah ibadah” Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), “Rabb-mu berfirman : ‘Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku kabulkan permintaan kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku pasti akan masuk ke dalam Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir : 60) (HR. Tirmidzi, dinyatakanshahih oleh Syaikh Al Albani). Melalui kesempatan kali ini, marilah kita menelaah faidah dari salah satu doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memohon ilmu, rizki, dan amal.

Teks Hadits

Dari Ummul Mu’minin, Ummu Salamah Hindun binti Abi Umayyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa setelah shalat shubuh, “Allāhumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqan thayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan”, (Ya Allah aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, Ath Thabrani, An Nasaa-I, dan lainnya. Ibn Hajar Al ‘Asqalani dalamNataa–ijul Afkar (2/329) dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh ‘Abdul Qadir Al Arnauth dalam tahqiq untuk Zaadul Ma’ad(2/342) menilai hadits ini derajatnya hasan. Kemudian hadits ini dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Ibn Majah no 925.

Faidah dari doa tersebut dijelaskan dalam poin-poin berikut ini.

Awal Hari, Penetapan Tujuan Seorang Muslim

Apabila kita renungkan, pembaca yang mulia, antara doa yang diucapkan oleh Nabi shallallahu  ‘alaihi wa sallam pada setiap shalat shubuh dengan waktu disyariatkannya doa tersebut, maka akan kita dapati adanya kesesuaian. Waktu shubuh ialah waktu pembuka suatu hari bagi seorang muslim. Alangkah agungnya bila di waktu tersebut seorang hamba memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala akan tiga perkara : ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima.

Apabila kita renungkan kembali tentang tiga perkara tersebut, akan kita dapati bahwasanya tiga hal tersebut : ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amalan yang diterima, ialah tujuan hidup seorang muslim. Apabila ia mengumpulkan seluruh tujuan-tujuan dalam kesehariannya dan meringkasnya, pada akhirnya ia akan kembali pada tiga hal ini. Maka jadilah doa ini sebagai pembuka keseharian seorang muslim, dan hal ini setidaknya mengandung dua perkara :

Adanya penetapan tujuan di awal hari. Bukankah diantara sebab kesuksesan -sebagaimana yang dikatakan berbagai motivator dan trainer- ialah seorang hendaknya menentukan tujuan kerjanya dengan jelas? Sehingga tergambar jelas di benaknya, apa tujuan yang harus ia capai pada hari itu, dan memotivasi agar tercapainya tujuan tersebut.Menghadap kepada Allah Ta’aladalam rangka memohon pertolongan dan tercapainya tujuan, dengan cara berdoa di awal hari.

Ilmu, Sarana Utama Meraih Rizki dan Amal

Disebutkannya ilmu yang bermanfaat di awal doa, ialah dalil yang jelas bahwa ilmu didahulukan sebelum amal. Allah Ta’alaberfirman (yang artinya), “Maka ilmuilah, bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu” (QS Muhammad : 19)

Dalam ayat ini terkandung faidah bahwa ilmu didahulukan sebelum beramal, yaitu amalan memohon ampunan. Apabila kita kembali pada teks doa, maka akan kita dapati bahwa penyebutan ilmu didahulukan sebelum penyebutan rizki dan amal. Inilah dalil bahwasanya baiknya amal dan rizki dibangun berlandaskan ilmu. Ilmulah yang akan membedakan mana rizki yang halal dan mana yang haram, begitu pula mana amal yang diterima dan mana amal yang tertolak. Apabila ilmu ini tidak ada pada diri seseorang, niscaya akan bercampur rizkinya antara yang halal dan haram, dan amal yang diterima dan tertolak. Ia tidak akan mampu membedakan keduanya, kecuali dengan ilmu.

Ilmu harus menjadi perhatian utama seorang muslim, sebelum mencari rizki dan beramal. Sebagaimana kata ‘Umar ibn Abdul Aziz rahimahullah, “Barangsiapa beribadah kepada Allah tanpa ilmu, kerusakan yang ditimbulkannya akan lebih besar dari kebaikan yang ia hasilkan”.

Saudaraku, Datangilah Majelis Ilmu

Ulama berkata, doa haruslah diiringi dengan tindakan nyata. Oleh karena itu, doa memohon ilmu yang bermanfaat, “Allāhumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an”, harus diiringi dengan upaya menuntut ilmu, yaitu berangkat menuju majelis ilmu, menelaah kitab, membahas masalah agama, dan segala perantara untuk mendapatkan ilmu. Bukanlah termasuk upaya mengambil sebab untuk mendapatkan ilmu, seseorang yang berdoa di tiap shalat shubuh memohon agar diberi ilmu yang bermanfaat namun setelah itu ia tidur hingga siang tanpa melakukan apa-apa. Hal ini tidak seharusnya dilakukan oleh orang yang berdoa dengan doa ini.

Tambah Selalu Ilmumu!

Merupakan konsekuensi bagi seorang yang berdoa dengan doa ini pada setiap harinya ketika shubuh, ialah hendaknya ia tidak melewatkan hari-harinya kecuali bertambah ilmunya, bertambah penelaahannya atas suatu masalah, hukum syariat, intensitasnya menghadiri kajian, membaca buku-buku yang bermanfaat, dan aktifitas lainnya dalam menuntut ilmu. Adapun satu hari yang ia luput darinya faidah dalam agamanya, maka itu musibah!

Dua Jenis Ilmu

Doa “Allāhumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an” di dalamnya terkandung pelajaran bahwa ilmu terbagi menjadi dua jenis :

Ilmu yang menimbulkan kerusakan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu sesuatu yang dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya (yaitu ilmu sihir –pen)” (QS Al Baqarah : 102). Dan betapa banyak ilmu seperti ini di zaman kita!Ilmu yang bermanfaat bagi manusia. Ilmu inilah yang dimaksud dalam doa diatas. Dalam sebagian doa, Nabi shallallahu alaihi wa sallamjuga berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Definisi ilmu yang bermanfaat ialah : ilmu yang dzatnya itu sendiri memang bermanfaat, dan ilmu tersebut mampu memberi manfaat bagi siapa saja yang menelaahnya dan mempelajarinya.  Terkadang, suatu ilmu itu dzatnya bermanfaat namun orang yang mempelajarinya tidak memperoleh manfaat dari ilmu tersebut. Ia mempelajarinya namun tidak mendapat tambahan kebaikan, petunjuk, ketaqwaan dan kedekatan pada Allah Ta’ala. Inilah yang juga termasuk dalam definisi ilmu yang tidak bermanfaat. Wal ‘iyadzubillah, kita berlindung dari yang demikian.

Ilmu yang bermanfaat kedua adalah ilmu yang secara dzatnya adalah ilmu yang mubah dan memiliki manfaat untuk manusia, seperti ilmu kedokteran, ilmu teknik, dan lainnya. Akan tetapi, dengan niat baik orang yang mempelajarinya, jadilah ilmu tersebut ilmu yang bermanfaat.

Mencari Rizki Haruslah yang Thayyib

Dalam doa ini terkandung anjuran bagi seorang muslim untuk mencari rizki setiap hari, tentunya dengan senantiasa menghadapkan diri bertawakkal pada AllahTa’ala. Dalam kalimat doa “wa rizqan thayyiban” terkandung makna bahwa rizki ada dua : thayyib (baik, halal) dan khabits(kotor, haram). Kita katakan bahwa segala jenis hal : makanan, minuman, pakaian, ada yang thayyib dan khabits.

Yang thayyib ialah yang secara dzatnya halal, bukan termasuk dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah, dan didapatkan melalui cara yang baik pula. Maka haruslah bagi setiap muslim untuk mampu membedakan mana yang baik mana yang buruk, hingga makanannya, minumannya, pakaiannya semuanya baik.

Terdapat hadits Nabi shallallahu  ‘alaihi wa sallam yang menceritakan seorang laki-laki melakukan perjalanan jauh, tubuhnya diliputi debu lagi kusut, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Wahai Rabb–ku, wahai Rabb–ku’. Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya juga berasal dari yang haram. Maka Nabi bersabda, “Bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan?” (HR Muslim)

Oleh karena itu sebagian salaf berkata, “Baguskan makananmu (yaitu bersihkan dari hal yang haram) niscaya do’amu akan terkabul”. Maka dalam doa meminta rizki yang thayyib, terkandung pula makna agar seorang itu haruslah menjauh dari mata pencaharian yang haram berupa riba, judi, tipu menipu, jual beli yang haram, dan sebagainya.

Amalan yang Diterima

Amal shalih yaitu amal yang memenuhi dua syarat :

Ikhlas karena Allah Ta’alaMutaba’ah, sesuai dengan sunnah Nabi

Sesungguhnya Allah hanyalah menerima amal yang shalih sesuai dua syarat tersebut, ikhlas dan mencocoki sunnah. Fudhail ibn ‘Iyadh berkata mengenai firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya” (QS. Al Mulk : 2), beliau jelaskan yaitu “(Amal yang paling baik) ialah yang paling ikhlas dan paling benar”. Ada seorang yang bertanya, “Wahai Abu Ali, apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar?”

Beliau jawab, “Sesungguhnya amal apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar (tidak sesuai sunnah), tidaklah diterima. Apabila benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima, sampai amal tersebut ikhlas dan benar”. Ikhlas yaitu karena Allah semata, dan benar yaitu sesuai sunnah.

Inilah, para pembaca sekalian, doa yang sangat agung bagi seorang muslim. Barangsiapa yang masih belum tahu, atau tahu namun belum hafal, hendaknya ia meninjau kembali berbagai keutamaan dan kandungan doa ini dan ia berdoa dengannya di setiap setelah shalat shubuh dengan “Allāhumma innii as-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqan thayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan”. Semoga Allah mudahkan untuk mengamalkannya. Wa billahit taufiq.

(Disadur secara bebas dari muhadharah Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq ibn ‘Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullahudalam http://al-badr.net/dl/doc/FgQwzICDPd)

Penulis                 : Yhouga Ariesta, S.T. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Muroja’ah           : Ustadz Abu Salman, B.I.S

Kamis, 11 Juni 2015

Buku AKU CINTA ISLAM - EDISI : AHLAK MULIA

Buku "AKU CINTA ISLAM -  AHLAK MULIA", memberikan pemahaman kepada anak mengenai
- Sabar
- Jujur
- Takwa
- Istiqomah
- Qana'ah
- Malu
- Tawadh'u
- Amannah
- Dermawan

Harga @ 70.000
PENERBIT : PERISAI QURAN KIDS

Sudah bisa diorder untuk  Buku Islam anak-anak, order via SMS atau WA.  081293951921, BB pin 57116CB7.
Pengiriman setiap hari kerja dari jam 7.00-10.00 WIB.
Terima Kasih

TOKO BUKU ALBANA
Team Marketing