Rabu, 27 Mei 2015

Memahami kandungan hadist

Demikian  juga dengan  hadits. Sebelum mengamalkan hadits-hadits Rasulullah, seorang  muslim harus  memahami terlebih  dahulu kandungannya.  Hal ini  dilakukan agar  pemahamannya  benar  dan  pengamalannya  terarah.  Langkah-langkah  yang dilakukan  untuk  memahami hadits adalah: 1. Memahami  Hadits  dengan  Tuntunan  Al-Qur’an.  Hadits  adalah  sumber  hukum kedua  setelah Al-Qur’an  dalam  syariat  Islam.  Hadits  menerangkan  dan  merinci apa  yang ada dalam Al-Qur’an. Tidak ada pertentangan  antara  Hadits dengan AlQur’an.  Jika  terdapat  pertentangan,  hal  itu  mungkin  terjadi karena  haditsnya tidak  shahih  atau  kita  sendiri  yang  tidak  bisa  memahaminya. 2. Mengumpulkan  Hadits-Hadits  yang  Satu  Tema  dan  Pembahasan  pada  Satu Tempat.  Merupakan  suatu  keharusan  untuk  memahami  hadits  dengan pemahaman  yang  benar,  yaitu  mengumpulkan  hadits-hadits  shahih  yang  satu pembahasan supaya  hadits yang  mutasyabih (yang  memiliki banyak  penafsiran) bisa  dikembalikan ke  yang muhkam (maknanya jelas),   dan yang ‘amm (maknanya umum) ditafsirkan  oleh  yang  khashsh (maknanya  khusus). Dengan  cara ini,  akan jelas  maksud  hadits  tersebut,  maka  jangan  mempertentangkan  antara  hadits yang  satu  dengan yang  lainnya. 3. Mengkompromikan Hadits-Hadits  yang Tampak  Bertentangan. Pada  dasarnya  tidak  ada  pertentangan  antara  nash-nash Al-Qur’an  dan  Hadits yang  shahih.  Seandainya  terjadi  suatu  pertentangan,  maka  itu  anggapan  kita semata,  bukan hakikat  dari nash-nash  tersebut. Inilah keyakinan seorang  mukmin pada hadits-hadits  yang  dapat dipercaya  (hadits-hadits yang  shahih  atau  hasan). 4. Mengetahui  Nasikh  dan  Mansukh  Suatu  Hadits.  Nasikh  adalah  hadits  yang menghapus hadits  yang  Lain;  Mansukh  adalah  hadits yang  dihapus. Nasakh (hukum yang lama diganti hukum yang baru) dalam hadits memang terjadi. Seorang  muslim yang  mengamalkan suatu  hadits tanpa  mengetahui kalau hadits itu  mansukh,  berarti  dia  telah  terjatuh  ke  dalam ilmu  yang  tidak  diperintahkan syara’  untuk  mengamalkannya.  Sebab,  kita  tidak  diperintahkan  untuk mengamalkan hadits-hadits yang mansukh.  Sementara nasakh adalah  suatu ‘illat (penyebab)  dilarangnya  beramal  dengan  satu  hadits (yang  mansukh). 5. Mengetahui  Asbabul  Wurud  Hadits.  (Asbabul  Wurud    adalah  Sebab-sebab disabdakannya suatu  hadits). Untuk  memahami suatu  hadits dengan  pemahaman yang  benar dan  mendalam, tidak  boleh tidak, kita harus  mengetahui situasi  dan kondisi  yang  menyebabkan  hadits  itu  diucapkan  oleh  Nabi.  Biasanya,  hadits datang sebagai  penjelas terhadap  kejadian-kejadian tertentu  dan sebagai  terapi terhadap  situasi  dan  kondisi  kejadian  tersebut.  Dengan  begitu,  maksud  dari hadits  itu  dapat  ditentukan  dengan  jelas  dan  rinci.  Tujuannya  tidak  lain  agar hadits itu  tidak  menjadi  sasaran bagi  dangkalnya  perkiraan,  atau kita  mengikuti zhahir  (lahiriah  dari  hadits  tersebut)  yang  tidak  dimaksudkan  (oleh  maknanya). 6. Mengetahui  Gharibul  Hadits.  (Gharibul  Hadits  adalah  Kata-kata  yang  Sulit dipahami  pada teks hadits). Rasulullah  SAW adalah  orang yang  paling fasih  dalam mengucapkan  bahasa Arab  dan  beliau  berbicara  kepada  para  sahabat  dengan bahasa  Arab  yang  jelas  dan  dikenal  oleh  mereka.  Mereka  tidak  mengalami kesulitan  dalam memahami apa yang diinginkan  dari lafazh  yang diucapkan  oleh Rasulullah  SAW karena  mereka adalah orang Arab asli, yang  tidak pernah  dimasuki (dipengaruhi)  oleh  bahasa  orang  ‘Ajam  (orang  non-Arab).  Sehingga  dibutuhkan keterampilan  khusus dalam mendalami  kata-kata  yang  gharib dalam  hadits. 7. Merujuk  Kitab-Kitab  Syarah  Hadits.  Kitab-kitab  yang  berisi  penjelasan  dan keterangan  dari  matan  [teks]  Hadits.  Termasuk  menjadi  langkah  yang  penting dalam memahami hadits-hadits Nabi adalah  dengan merujuk kitab-kitab  syarah. Sebab,  di dalamnya  terdapat penjelasan tentang gharib,  nasikh-mansukh, fiqhul hadits,  dan  riwayat-riwayat  yang  tampaknya  bertentangan. Sehingga  seseorang yang  merujuk  kepada  kitab-kitab  syarah  hadits  akakn  sangat  terbantu  dalam memahami isi  kandungan suatu  hadits.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar